Pemprov Kalteng

Kalteng Alami Deflasi 0,46 Persen di Februari 2025, Pemprov Tetap Waspadai Kenaikan Harga Menjelang Ramadan

×

Kalteng Alami Deflasi 0,46 Persen di Februari 2025, Pemprov Tetap Waspadai Kenaikan Harga Menjelang Ramadan

Sebarkan artikel ini
Kepala BPS Prov Kalteng Agnes Widiastuti saat menyampaikan press release

Palangka Raya, Nusaborneo.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah merilis data terbaru mengenai perkembangan inflasi dan deflasi daerah dalam Konferensi Pers Berita Resmi Statistik yang digelar di Ruang Rapat Vicon BPS Kalteng, Senin (3/3/2025). Kegiatan ini turut dihadiri oleh Plh. Kepala Biro Ekonomi Setda Prov. Kalteng, Fanny Kartika Octavianti, mewakili Plt. Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah.

Kepala BPS Prov. Kalteng, Agnes Widiastuti, menjelaskan bahwa pada Februari 2025, Kalimantan Tengah mengalami deflasi secara bulanan (month-to-month) sebesar 0,46 persen. Namun secara tahunan (year-on-year), masih tercatat inflasi sebesar 0,28 persen, dan sejak awal tahun (year-to-date) terjadi deflasi sebesar 1,00 persen.

“Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap deflasi bulanan di antaranya tarif listrik, daging ayam ras, bawang merah, cabai rawit, dan tomat,” ujar Agnes. Ia juga menyebutkan beberapa komoditas mengalami inflasi seperti emas perhiasan, kangkung, sigaret kretek mesin (SKM), beras, dan bensin, meskipun kontribusinya relatif kecil.

Dalam kesempatan tersebut, Plh. Karo Ekonomi Setda Kalteng, Fanny Kartika Octavianti, menyampaikan bahwa pemerintah daerah terus memantau harga kebutuhan pokok, terutama menjelang bulan Ramadan yang sering kali diiringi lonjakan permintaan.

“Beberapa hari lalu kami melakukan inspeksi mendadak ke pasar dan mendapati harga bahan pokok masih stabil. Namun kami tetap waspada terhadap kemungkinan kenaikan harga, khususnya daging ayam ras,” ungkap Fanny.

Ia juga menekankan pentingnya antisipasi terhadap potensi kenaikan harga cabai rawit dan cabai merah, mengingat kedua komoditas ini rentan naik akibat cuaca ekstrem atau gangguan pasokan.

“Pemerintah terus berupaya menjaga kestabilan harga agar daya beli masyarakat tetap terjaga, khususnya dalam menghadapi Ramadan,” pungkasnya.  (Mda)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *